Sukarno

Sukarno

Artikel () 29 Agustus 2017 19:22:23 WIB


Sebuah film yang bernapaskan sejarah dengan judul “Soekarno” telah dirilis. Film ini menceritakan kisah Sukarno. Cerita ini diawali dengan sakitnya Sukarno kecil yang berkepanjangan. Hal ini menyebabkan orangtuanya memutuskan mengganti namanya yang pada waktu itu Kusno menjadi Sukarno. Sukarno kecil atau ketika di bangku sekolah memiliki teman sekolah perempuan dari kalangan Belanda. Ayahnya sang perempuan akhirnya melarang Sukarno berteman dengan putrinya. Pada kesempatan itu Sukarno sempat melontarkan kalimat “Aku cinta kamu” kepada teman sekolah wanitanya tersebut. Film ini ingin memperlihatkan bahwa sejak di sekolah Sukarno termasuk orang yang mampu menggetarkan hati wanita.

Akibat pengusiran ayah teman perempuannya yang orang Belanda tersebut, Sukarno seolah-olah berorasi menentang kezaliman orang Belanda yang telah menjajah negerinya. Sukarno terinspirasi dari lontaran-lontaran rakyat yang ia lihat di tempat berkumpul seperti warung di mana banyak orang menyuarakan ketidakpuasan mereka kepada Belanda yang hanya menguras kekayaan Indonesia.

SUkarno juga diperlihatkan mencontoh KH. Wahid Hasyim yang berorasi di lapangan menentang penjajahan Belanda. Beberapa tahun kemudian Sukarno yang tampil berorasi menentang penjajahan Belanda dan kemudian ditangkap serta diasingkan ke Bengkulu.

Di Bengkulu diceritakan Sukarno mengajar di sebuah sekolah. Salah satu muridnya bernama Fatmawati ternyata dikagumi Sukarno. Fatmawati terlihat memang lebih pintar dibanding teman-temannya yang lain. Ini diperlihatkan dengan seringnya Fatmawati bertanya tentang situasi kontemporer pada saat itu. Sehingga menyebabkan Sukarno memberikan pinjaman sebuah buku yang berisi jawaban-jawaban atas pertanyaan Fatmawati.

Di suatu ketika Sukarno yang bertamu ke rumah Fatmawati ternyata Fatmawati sedang dalam kondisi galau. Ia menceritakan kepada Sukarno bahwa ada pria yang belum ia kenal melamarnya semalam . Tanpa adegan yang lain, tiba-tiba setelah itu diperlihatkan adegan istri Sukarno, Inggid marah besar dengan Sukarno. Adegan ini memberi pesan adanya keinginan Sukarno memperistri Fatmawati.

Ketika Jepang masuk ke Indonesia, Belanda berencana membawa Sukarno ke Australia. Namun ternyata gagal. Akhirnya Sukarno pindah ke Jakarta. Di Jakarta, Sukarno dan Inggid berseteru karena masalah belum hadirnya anak. Akhirnya Inggid dan Sukarno berpisah. Kemudian Sukarno melamar Fatmawati.

Ketika Sukarno berjuang di masa pendudukan Jepang, Fatmawati berperan besar dalam kehidupan Sukarno. Sedangkan Inggid berhasil mengantarkan Sukarno sejak masa penjajahan Belanda hingga Jepang masuk. Keduanya adalah wanita yang berhasil menjadikan Sukarno memiliki kekuatan dalam berjuang.

Ketika di zaman Belanda Sukarno diasingkan Belanda karena perlawanannya, maka di masa pendudukan Jepang Sukarno bekerjasama dengan Jepang. Sukarno melihat Jepang sangat kejam dibanding Belanda.

Ada pejuang yang tidak ingin bekerjasama dengan Jepang, seperti Syahrir. Tapi satu sama lain para pejuang itu saling menghormati. Syahrir menyatakan kepada Sukarno bahwa Jepang tidak akan memberikan kemerdekaan bagi Indonesia seperti yang sudah dijanjikan.

Tapi Sukarno dan Hatta memegang janji Jepang. Dan ketika Jepang kalah akibat peristiwa bom atom Hiroshima dan Nagasaki, awalnya Jepang tidak bersedia memberi kemerdekaan karena penguasa Indonesia bukan lagi mereka. Hal ini sempat membuat Sukarno galau dan membenarkan ucapan Syahrir. Sukarno pun malu bertemu Syahrir karena akan menjadi bahan ejekan.

Tapi Hatta membantah, karena tahu betul Syahrir orang yang menghormati Sukarno meskipun berbeda gaya perjuangan. Dalam film tersebut juga dikisahkan kemarahan Syahrir kepada tentara Peta yang menahan Sukarno. Syahrir bahkan berujar bahwa tiga orang Syahrir pun tidak bisa menggantikan satu orang Sukarno.

Film ini memang tidak memiliki ending, karena nampaknya lebih ingin menonjolkan kisah perjuangan Sukarno, dan juga para tokoh pejuang lainnya. Film yang dirilis tahun 2013 ini tetap menarik, terutama ketika diputar di bulan kemerdekaan. Film ini baik ditonton oleh generasi muda, agar bisa merasakan patriotisme dan nasionalisme di tengah kepungan peradaban luar yang masuk tanpa rintangan. (efs)

Ilustrasi: freefoto.com


Berita Terkait Lainnya :