Memanfaatkan Potensi Kelautan Sumbar Secara Maksimal

Artikel EKO KURNIAWAN, S.Kom(Diskominfo) 19 Januari 2017 11:11:18 WIB


Memanfaatkan Potensi Kelautan Sumbar Secara Maksimal

Oleh Yal Aziz

SEBENARNYA, sektor Kelautan dan Perikanan yang dimiliki Provinsi Sumatera Barat sangat berpotensi dan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Kenapa? Karena Sumatera Barat  mempunyai 185 buah pulau kecil dengan panjang pantai 375 KM yang membentang dari Kabupaten Pasaman Barat, hingga Kabupaten Pesisir Selatan serta 2,420 KM, jika termasuk pantai di Kepulauan Mentawai.

Tapi sayangnya, potensi yang besar itu belum tergarap secara maksimal, karena keterbatasan  kemampuan sumber daya nelayan. Bahkan hingga kini, sebagian besar nelayan masih menggunakan kapal tradisional di bawah 30 GT, sehingga para nelayan tersebut tidak mampu mencari ikan ke tengah samudra.

Berdasarkan data  Desember 2016 dari Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar, produksi ikan tangkap nelayan Sumatera Barat  per tahun baru mencapai 200.000 ton dari potensi yang ada mencapai 565.000 ton. Seperti potensi ikan tuna, yang baru  mencapai 124.630 ton per tahun yang mencakup luas pantai barat Sumatera arat dengan luas 915.000 KM persegi. Cara hitungan prosentasenya, potensi kelautan baru mampu dianfaatan sekitar  26,2 persen.

Sebagai contoh lagi, ikan jenis ekspor tuna yellow fin yang memiliki potensi 23.343 ton per tahun, tetapi baru bisa dimanfaatkan sekitar 19,2 persen. Begitu juga dengan ikan tuna big eye yang memiliki potensi tangkap 19.332 ton dengan pemanfaatan baru 19,2 persen dan cakalang atau skipjack tuna memiliki potensi 65.000 ton per tahun dengan pemanfaatkan baru 19,1 persen.

Kemudian Pemerintah Provinsi Sumatra Barat merencanakan optimalisasi pengembangan sektor kelautan dan perikanan yang diprioritaskan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, sebagaimana yang diungkapkan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit. Katanya, Mentawai merupakan daerah dengan potensi kalautan yang sangat besar, namun minim pengelolaan karena terbatasnya sumber daya dan akses transportasi.

Yang anehnya lagi kata Nasrul Abit, Kepuluan Mentawai secara geografis  daerah laut, tetapi masyarakatnya tidak melaut. Makanya permasalah ini perlu jadi kajian bagi pemerintah Mentawai dan provinsi.

Potensi Mentawai tersebut, karena kawasan lautnya berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki potensi perikanan tangkap yang sangat besar. Begitu juga dengan budidaya perikanan air laut, dan potensi sektor kelautan lainnya, sehingga  bekontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu langkah atau srategi yang akan dilakukan pemerintah provinsi dengan merangkul investor yang dibarengi dengan peningkatan sarana dan prasarana pengembangan perikanan.

Untuk mengetahui potensi laut tersebut, Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit dengan pergunakan Kapal Pengawas Tenggiri Provinsi Sumatera Barat,  sengaja melihat dan mencoba mengetahui potensi ikan laut dengan memancing bersama dengan rombongan yang ikut bersamanya. Bahkan, wagub mendapatkan informasi langsung dari salah seorang nelayan bernama  Arman. Kata Arman, biasanya para nelayan mendapatkan ikan senilai Rp. 1,5 juta dalam beberapa jam memancing, dengan alat pendeteksi bantuan Dinas Kelautan Perikanan Provinsi ini. Kemudian, kata Arman, jika nelayan memancing semalaman, bisa mendapat hasil ikan karang ukuran 05- 2 kg, yang kadang juga bisa terangkat 3 ekor ikan dalam satu pancingan.

Kedepan, hendaknya potensi laut Sumatera Barat tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, sehingga Sumatera Barat termasuk daerah penghasil ikan dari kawasan barat dan para nelayannya hidup sejahtera. (Penulis wartawan tabloid bijak dan padangpos.com)