November, Bulan Pahlawan

Artikel () 24 November 2020 10:04:27 WIB


Tanggal 10 November setiap tahun diperingati sebagai hari pahlawan. Sejarah tanggal 10 November menjadi hari pahlawan adalah peristiwa heroik pertempuran di Surabaya antara tentara sekutu melawan pejuang republik yang terjadi pada 10 November. Bung Tomo dengan berapi-api mengobarkan semangat perang arek-arek suroboyo dan para pejuang. 

Pertempuran ini tidaklah imbang. Tentara sekutu memiliki pesawat tempur dan tank. Sedangkan para pejuang republik tidak punya keduanya. Maka, untuk mengenang betapa heroiknya para pejuang dan arek-arek suroboyo mempertahankan Surabaya dari sekutu, tanggal 10 November dijadikan sebagai hari pahlawan. 

Untuk mengenang dan juga menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur mempertahankan, membela, mencapai kemerdekaan, salah satu caranya adalah membaca kisah hidup perjuangan mereka. Maka, dalam tulisan ini saya ingin mengulas kiprah salah satu pahlawan nasional yang berasal dari Ranah Minang. Yaitu M. Natsir, salah satu Perdana Menteri yang pernah ada di dalam sejarah RI. 

Hal yang sudah umum diketahui oleh masyarakat adalah, M. Natsir dikenal dengan mosi integralnya yang menyatukan seluruh negara-negara bagian ke dalam atau menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu M. Natsir juga dikenal sebagai ketua umum Partai Masyumi. 

Selain itu, masih ada kiprah M. Natsir yang patut dijadikan teladan. Salah satunya adalah, M. Natsir dalam membentuk kabinet memasukkan orang-orang yang punya kapasitas dan kapabilitas. Natsir dikenal sebagai pemimpin administrator. Salah satu prestasi dari kepemimpinan Natsir sebagai PM adalah mampu memulihkan kondisi ekonomi Indonesia yang benar-benar porak-poranda. Kabinet Natsir mampu meningkatkan pendapatan negara, dan mengalokasikannya hanya untuk program-program pemerintah. Keuangan negara tidak dipakai untuk tujuan politik. Di masa Natsir, Indonesia juga berhasil masuk menjadi anggota PBB. 

Hal yang patut diteladani juga adalah ketika Natsir tidak bisa membentuk kabinet karena tidak didukung oleh PNI. Setelah mencoba untuk melobi PNI dan tidak berhasil, Natsir datang ke Sukarno, sang presiden, untuk mengembalikan mandat. Terlihat Natsir bukanlah orang yang haus kekuasaan. Ketika dirasa tidak sanggup untuk berbuat yang terbaik, maka Natsir memutuskan untuk menyerahkan mandat. Namun Sukarno mempersilakan Natsir untuk tetap membentuk kabinet tanpa PNI.

Setelah NKRI kembali, kemudian kabinet berjalan dengan sistem parlementer antara 1950-1959. Sering terjadi pergantian kabinet dalam waktu yang tidak lama. Masyumi yang dipimpin M. Natsir menyarankan kepada Sukarno agar menerapkan kabinet presidensil untuk tercipta suasana yang lebih baik. Tetapi saran ini mendapat penolakan sehingga kabinet dengan sistem parlementer berjalan antara 1950-1959. 

Natsir menyerahkan mandat sebagai PM kepada Sukarno setelah dilihat perilaku partai oposisi yang tidak pada tempatnya mempermainkan dirinya. Acara rapat di parlemen yang seharusnya dihadiri seluruh partai, sengaja dikosongkan oleh partai oposisi dengan berada di luar ruangan rapat sambil tertawa mengejek Natsir. 

Rekan-rekan Natsir di Masyumi menyesalkan sikap Natsir. Karena tidak ada mosi tidak percaya yang dilayangkan oposisi dan masih bisa dilawan, serta kabinet masih bisa berjalan. Namun Natsir melihat jauh ke depan, bahwa membangun negara bukanlah dengan cara-cara demikian, maka ia meletakkan jabatan. 

Demikianlah sekelumit kisah M. Natsir, salah satu pahlawan nasional yang menjadikan moral dan kapabiltas sebagai landasan dalam membangun negara. (efs) 

Referensi: 

Biografi Mohammad Natsir, Kepribadian, Pemikiran dan Perjuangan, Lukman Hakiem, Pustaka Al-Kautsar

 

Edisi Khusus Hari Kemerdekaan: Pergulatan Demokrasi Liberal, 1950-1959: Zaman Emas atau Hitam, Tempo Publishing