1 Desember

Artikel () 11 Desember 2020 14:01:32 WIB


Pada 1 Desember 1956 Mohammad Hatta mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden RI. Akun Instagram @mohammadhatta_ menceritakan bahwa pengunduran diri Hatta sesuai dengan prinsip yang dipegangnya. Yaitu setelah DPR yang dipilih rakyat mulai bekerja dan Konstituante tersusun. Ini merupakan alasan utama Hatta mengundurkan diri. 

Waktu itu UUD 1950 menerapkan sistem kabinet parlementer. Di mana kekuasaan eksekutif dijalankan oleh perdana menteri. Presiden bertugas sebagai kepala negara, dan hanya sebagai simbol, sedangkan wakil presiden sudah tidak diperlukan lagi menurut Hatta. 

Tindakan Hatta meletakkan jebatan wapres menunjukkan bahwa ia bukanlah orang yang haus jabatan, dan mematuhi aturan yang berlaku. Seandainya Hatta haus jabatan, ia akan berusaha untuk mempertahankan posisinya sebagai wapres. 

Hatta sedikitnya sudah mengirimkan dua kali surat pengunduran diri kepada DPR. Dan pada 1 Desember 1956 secara resmi pengunduran diri Hatta disetujui oleh DPR. 

Berbicara tentang bagaimana amanah jabatan itu sesuatu yang berat juga diperlihatkan oleh Mohammad Natsir. Ketika Natsir diminta menjadi perdana menteri oleh Sukarno, Natsir segera berkomunikasi dengan parpol lain untuk membentuk kabinet. PNI termasuk yang tidak mau diajak untuk membentuk kabinet. Sehingga Natsir mendatangi Sukarno bahwa ia tidak sanggup menjadi perdana menteri karena PNI tidak bersedia bekerja sama. 

Namun ternyata Sukarno tetap meminta Natsir menjadi perdana menteri dengan membentuk kabinet tanpa PNI. Setelah Natsir menjadi perdana menteri, suatu saat ia meletakkan jabatan perdana Menteri. Sebabnya bukan masalah mosi tidak percaya dari kabinet. Tetapi ketika rapat di parlemen, kubu oposisi tidak mau mengikuti rapat dan berada di luar ruang rapat sambil tertawa. Natsir menganggap hal seperti ini bukanlah sikap yang bagus untuk membangun bangsa. Maka ia putuskan meletakkan jabatan sebagai perdana menteri. 

Hatta dan Natsir, yang berasal dari ranah Minang memperlihatkan bagaimana mereka betul-betul serius dan bertanggung jawab dalam mengemban amanah. Jabatan yang ada di diri mereka, dilaksanakan sepenuhnya untuk menjadikan Indonesia lebih baik. Keduanya hidup di masa penjajahan, merdeka, dan pascakemerdekaan. Mereka berdua tahu benar bagaimana susahnya rakyat. Sehingga jabatan yang ada di diri mereka dijalankan dalam rangka memberikan yang terbaik untuk rakyat. 

Natsir, pernah menjadi lawan debat Sukarno. Ketika Sukarno meminta Natsir menjadi perdana Menteri, Sukarno bukan lagi lawan debat, tetapi memberikan kepercayaan kepada Natsir. Di masa kabinet Natsir, ekonomi mulai membaik sehingga menghasilkan pemasukan ke negara. Di samping itu Indonesia menjadi anggota PBB. Natsir menyerahkan mandat perdana menteri ke Sukarno ketika kondisi parlemen tidak lagi kondusif bagi Natsir untuk memimpin kabinet dalam rangka membangun negara. Padahal kabinet Natsir adalah kabinet yang terdiri dari orang-orang yang memiliki kapasitas. 

Sedangkan Hatta, meletakkan jabatan wapres ke DPR. Di mana Hatta juga mengkritisi Sukarno sebelum meletakkan jabatan wapres. Di antaranya tentang memecat anggota kabinet secara tidak wajar, terlalu sering ke luar negeri tanpa diundang, dan terlalu baik kepada PKI. (efs)