Keteladanan dari Pak Pandoe

Artikel Yongki Salmeno(Yongki Salmeno) 23 Juni 2014 03:40:26 WIB


Mata H. Zuraida, istri mendiang H. Marthias D Pandoe terlihat masih merah ketika saya datang takziah ke rumah duka di Jalan Karet kawasan Purus Padang. Ia terharu dan matanya terlihat berkaca-kaca menyambut kedatangan kami, Minggu (11/05/2014) siang. “Barusan mantan gubernur Sumbar Ir. Azwar Anas dan Drs. Hasan Basri Durin menelpon menyampaikan ucapan belasungkawa,” ujarnya.

Alm. H. Marthias Dusky Pandoe atau lebih dikenal dengan panggilan Pak Pandoe memang terkenal dekat dan akrab dengan pimpinan-pimpinan daerah dan tokoh-tokoh Sumatera Barat. Beliau banyak memberi masukan dan nasehat-nasehat. Termasuk mencarikan solusi untuk sejumlah masalah yang dihadapi Sumatera Barat. Karena itu beliau sangat dekat dengan kepala-kepala daerah dan tokoh-tokoh Sumatera Barat.

“Bapak wataknya memang keras,” ujar Ny.Zuraida. Karena itu saat menelpon tadi, beliau mohon Pak Azwar Anas, Pak Hasan Basri Durin atau siapapun yang pernah berkomunikasi dengan beliau berkenan memaafkan jika ada kata-kata almarhum yang tidak berkenan atau menyinggung perasaan.

Sebagian besar hidup Pak Pandoe dijalaninya dengan profesi sebagai wartawan. Beliau telah menjalani profesi wartawan di berbagai media di Jakarta dan terakhir, hampir tiga puluh tahun, berkarir sebagai wartawan Kompas, sejak tahun 1970 hingga pensiun tahun 1998. Karena itu tidak heran jika watak beliau keras dan kritis.

Namun uniknya, meski terkenal keras dan kristis dan suka blak-blakan, beliau tidak mengajak bermusuhan atau cendrung tidak bermusuhan dengan siapapun. Beliau malah selalu menjalin silaturahmi, memperbanyak persahabatan serta membangun jaringan. Karena itu beliau memiliki banyak teman dan jaringan, baik di daerah maupun di pusat.

Sifat-sifat beliau yang lain yang bisa diteladani adalah pekerja keras dan pantang menyerah. Meski tak memiliki pendidikan tinggi dan juga tidak memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik, namun mampu dan sukses berkarir di bidang jurnalistik. Lelaki yang lahir di Lawang, Matur, Agam, 10 Mei 1930 ini menggali ilmu jurnalistik secara otodidak dan selalu haus membaca berbagai buku. Di penghujung usianya ia masih tetap rajin membaca dan menulis dan bahkan menerbitkan beberapa buah buku.

Keistimewaan Pak Pandoe lainnya menurut saya adalah panjang umur. Beliau meninggal dunia persis sehari menjelang ulang tahunnya ke 84. Usia 84 tahun adalah sebuah rahmat Tuhan yang luar biasa. Saat ini sangat jarang kita temukan masyarakat kita yang berumur panjang seperti beliau, malah sebaliknya sering kita terkaget-kaget karena banyak sekali masyarakat kita yang meninggal dunia di usia yang relatif muda.  

Dalam memimpin keluarga pun beliau terbilang sukses. Perkawinan beliau langgeng sampai akhir hayatnya, melewati ulang tahun emas perkawinan. Putra-putri beliau tergolong sukses meniti karir, sesuai minat masing-masing. Rata-rata mereka berhasil mencapai puncak karirnya. Putri kedua beliau Eva Pandoe berhasil menyandang gelar dokter spesialis paru-paru dan bekerja RS. Pelni di Jakarta. Yudha Pandu bekerja sebagai konsultan Hukum di Jakarta dan Ferad Pandoe menjabat kepala cabang Astra Auto 2000 di Batam. Sedangkan Zola Pandoe dan Andre Pandoe berkarir sebagai pengusaha yang cukup sukses.

Setelah pensiun beliau tak mau berpangku tangan dan menyerah kepada keadaan, beliau tetap menulis dan membaca. Beliau juga mengisi kebutuhan rohaninya dengan memperbanyak aktifitas di mesjid. Oleh masyarakat di sekitar Jalan Karet beliau diangkat menjadi Ketua Pengurus Mesjid Al Hidayah yang tak jauh dari kediamannya. Menurut beliau kebiasaan membaca dan menulis itulah yang membuat beliau tidak pikun dan ingatannya tetap tajam. Sedangkan kegiatan di mesjid membuat beliau tetap bersemangat meski umur terus beranjak tua.

Banyak sisi baik dan kisah sukses Pak Pandu yang bisa menjadi teladan bagi kita yang ditinggalkan. Selain menjaddi teladan bagi kita yang ditinggalkan, semoga semua kebaikan itu menjadi amal ibadah dan bekal bagi beliau di akhirat kelak. Pak pandu telah membuktikan integritas dirinya sbg wartawan yang sukses, kehidupan diri dan keluarganya yg berkah, bermanfaat dan berdaya guna. Selamat jalan Pak Pandu, semoga hari Jum’at dan keteladanan yang anda tunjukkan menjadi pertanda bahwa anda kembali kepangkuanNya dalam keadaan husnul khotimah. Amin (Irwan Prayitno)