Wirid Pengajian Pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat Minggu Pertama Bulan Desember 2014

Perkebunan () 05 Desember 2014 04:54:46 WIB


Dalam rangka pembinaan mental keagamaan pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat melaksanakan kegiatan wirid pengajian di Mushalla Babussalam komplek kantor Dinas pada hari Jum'at Tanggal 5 Desember 2014. Hadir dalam wirid Pejabat serta staf Dinas Perkebunan beserta jamaah Mushaal yang tinggal di sekitar kantor. Penceramah adalah Ustad Drs H Diflaizar, dimana beliau mengambil tema tentang perniagaan tanpa merugi.

Ustda menyampaikan :Sukses, untung, berhasil. Kata-kata itu selalu ada di otak manusia yang waras. Hidup ini merupakan ajang mengejar impian tersebut. Jalan untuk meniscayakannya, yakni dengan bekerja keras dan bekerja cerdas. Tetapi, sukses sejati tidak lengkap dengan itu saja. Islam mengajarkan keberuntungan yang paripurna.

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.”  (QS Fathir [35]: 29)
Ayat 29 di atas merupakan jawabannya. Keberuntungan bisa dikatakan paripurna bila dilengkapi dengan ”resep ruhani” sesuai konsep Alquran. Beruntung di sini disebut Alquran, perniagaan yang tidak akan merugi. Keuntungan bisa diraih dengan tilawah yang intens, shalat yang terjaga, dan sedekah yang tidak terputus.Keberuntungan tidak cukup dengan kerja keras dan kerja cerdas. Betul, sukses materi bisa diraih dengan keduanya. Tidak peduli ia kafir atau Muslim. Bisa saja orang menjadi kaya raya walaupun ia memperolehnya dari jalan yang haram. Namun, Islam tidak memandang segampang itu. Islam menginginkan agar dalam meraih harta harus melalui pintu halal agar penghasilan jadi berkah. Saat yang sama, Islam memotivasi pekerja jangan melupakan ibadah agar tidak mudah stres.


Bekerja keras dan bekerja cerdas yang disempurnakan dengan konsep Fathir ayat 29 inilah yang berbuah perniagaan yang tidak akan merugi. Mereka yang menerapkan konsep Fathir ayat 29, menurut Sayyid Qutb dalam Fi Dzilal, sedang berbisnis dengan bisnis beromzet keuntungan. “Mereka bermuamalah hanya dengan Allah, itulah muamalah yang paling menjanjikan. Mereka berbisnis dengan itu di akhirat, itulah bisnis yang paling menguntungkan. Berbisnis yang mengundang curahan pahala dan bertambahnyakaruniaAllah bagi mereka,” kata beliau.


Kesimpulannya, berbisnis di dalam Islam itu terikat dengan aturan syara’ yang ketat. Ada aturan halal dan haram. Orientasi bisnis pun bukan sekadar mengejar target finansial semata, melainkan harus juga untung pahala. Bekerja bukan urusan otak dan otot saja, namun bekerja itu juga ibadah
.