Ancaman Flu Burung Masih Ada

Artikel YUNI ERLITA, S.Pt(Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan) 24 April 2015 03:43:40 WIB


Masih ingat kasus flu burung di awal tahun 2004? Saat itu bangsa Indonesia harus mengakui bahwa virus flu burung (avian influenza/AI) telah mewabah di beberapa wilayah sentra peternakan unggas.

Wabah flu burung ter­sebut bukan hanya menyebabkan peternakan unggas terancam gu­lung tikar, tapi ancaman terhadap nyawa manusia juga mengintai. Kasus pada sebelas tahun lalu membuat pemerintah menetapkan wabah flu burung sebagai kejadian luar biasa. Bahkan pemerintah membentuk Komisi Nasional Flu Burung.

Seiring berjalannya waktu, kasus flu burung pun mereda. Namun gejolak wabah flu burung sempat membuat masyarakat kembali panik. Pada akhir tahun 2012, diketahui telah terjadi mutasi virus AI yang semula hanya menye­rang ternak ayam kini mewabah ke peternakan itik (bebek).

Meski wabah flu burung ber­angsur-angsur bisa teratasi, bukan berarti virus AI hilang begitu saja. Terbukti, kasus terjangkitnya virus ‘mematikan’ itu kembali terulang. Pada Maret lalu, tepatnya di Tangerang ada indikasi seorang ayah dan anak meninggal dunia akibat terjangkit virus flu burung.

Setelah dilakukan investigasi, ternyata virus tersebut berasal dari burung merpati yang ada di lingkungan tempat tinggal. Korban terinfeksi virus AI subtipe H5N1. “Kejadian kematian pada unggas pada beberapa bulan terakhir ini mengindikasikan bahwa virus AI masih bersirkulasi dan merupakan ancaman serius yang harus terus menerus diwaspadai semua pihak, termasuk masyarakat umum,” kata Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLitvet), Hardiman.

Dia menjelaskan, virus AI H5N1 yang bersirkulasi di Indonesia, terdiri dari dua clade, yaitu clade 2.1.3 (clade lama) dan clade 2.3.2 (clade baru). Sampai kini virus AI clade baru belum terbukti menginfeksi ma­nu­sia. Sebab, selama ini yang terinfeksi virus AI, bahkan sam­pai menyebabkan kematian manusia masih disebabkan cla­de lama. “Tapi tidak menutup kemungkinan virus AI H5N1 clade baru merupakan ancaman yang serius terutama untuk manusia serta perlu diwaspadai,” ujarnya mengingatkan.

Di Hampir Semua Provinsi

Data BBLitvet, virus AI sub­tipe H5N1 masih bersirkulasi hampir di semua provinsi di Indonesia, kecuali Maluku Utara yang dinyatakan bebas AI. Pada tahun 2012, ditemukan clade baru dari virus AI H5N1, yaitu clade 2.3.2 yang berbeda dengan virus sebelumnya yaitu virus AI subtipe H5N1 clade 2.3.2. Diduga kuat viirus AI clade 2.3.2 ini merupakan virus baru yang masuk/introduksi ke Indonesia.

Berdasarkan hasil dari pene­litian BBLitvet, menunjukkan bersirkulasinya virus A1 tipe H5N1 dan virus influenza lainnya memberikan peluang terjadinya mutasi genetik virus. Yakni, terjadi reasortan antara virus AI H5N1 dengan virus influenza lainnya seperti H3N2 ataupun virus AI yang kurang ganas atau virus influenza manusia.

“Hal itu memungkinkan mun­culnya virus influenza baru dengan derajat tingkat patogenisitasnya, sehingga makin menambah kesu­litan dan kompleksitas dalam pengendalian,” kata Hardiman.

Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Pudjiat­moko juga mengakui, masih terjadi kasus terjangkitnya virus AI tersebut mengindikasikan virus AI/H5N1 pada unggas masih bersirkulasi di lingkungan, meski jumlahnya sudah sangat menurun cukup signifikan.

Faktor lainnya adalah di ling­kungan pemukiman padat penduduk di tengah kota besar, masih banyak masyarakat yang memelihara unggas dengan cara umbaran. Padahal hal itu memiliki potensi resiko yang lebih besar terjadinya kasus AI pada unggas dan penularannya ke manusia.

Faktor pemicu lainnya menurut Pudjiatmoko, kesadaran masya­rakat yang cenderung menurun terhadap kewaspadaan ancaman flu burung, terutama tentang pemeliharaan unggas yang aman, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). “Masih kurang rutinnya penyuluhan masya­rakat atau jarangnya publi­kasi himbauan melalui media massa terutama televisi menjadi faktor lainnya,” katanya