Menanti Maut

artikel 2 Yongki Salmeno(Yongki Salmeno) 22 Juni 2015 06:46:12 WIB


“Menanti Maut”. Itulah judul buku yang masih sempat ditulis oleh wartawan senior  Alm. Marthias Dusky Pandoe menjelang akhir hayatnya. Buku itu diluncurkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sumatera Barat Sabtu, 9 Mei 2015 di Hotel Pangeran City Padang. Acara digelar dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional di Sumatera Barat.

Spontan berkali-kali saya`mengucapkan lafaz istigfar, astagfirulahalazim.... astagfirulahalazim...  ketika bulan lalu dammy buku itu diperlihatkan kepada saya. Keluarga Pak Pandoe meminta saya untuk menulis kata pengantar buku tersebut. Saya seperti diingatkan bahwa suatu saat kita pasti akan berhadapan dengan maut dan mati. Kapan peristiwa itu akan terjadi, tak seorang pun yang tahu. Bisa jadi hari ini, besok atau hanya menunggu hitungan detik berikutnya.

Hidup di dunia hanyalah sementara. Kampung akhirat, itulah tempat kehidupan kita yang abadi. Mereka yang  telah menjalani kehidupan di dunia dengan baik, berbuat banyak kebaikan, mengerjakan amal saleh, di akhirat kelak  akan ditempatkan di surga yang penuh kebaikan, keindahan dan kesenangan. Sebaliknya mereka melakukan banyak dosa, berbuat banyak kejahatan, menfitnah, berbuat keji, akan dilemparkan ke neraka jahanam yang mengerikan dan mereka kekal selamanya di sana.

Lalu sudah siapkan kita menuju alam kematian? Sudahkan kita yakin bahwa amal yang kita perbuat jauh lebih banyak dari pada dosa yang telah dilakukan. Dimanakah kita nanti akan ditempatkan, di surga kah atau di neraka? Saya bergidik membayangkanya. Apakah yang kita lakukan sudah cukup untuk bekal ke surga kelak?. Atau ternyata dosa saya lebih banyak dibandingkan dengan pahala. Lalu tiba-tiba meninggal dunia dan dilemparkan ke neraka. Astagfirullah, sungguh mengerikan.

Dalam salah satu bagian bukunya`Pak Pandoe menceritakan ia sering memperhatikan pohon pinang yang tumbuh di halaman rumahnya.  Awalnya pucuk-pucuk daun pinang hijau segar muncul di antara daun-daun pinang yang tua. Daun-daun yang telah tua makin tua, menguning dan jatuh ke tanah. Begitu seterusnya, setiap bulan pasti ada daun pinang yang mati dan jatuh ke tanah.

Begitu juga lah kehidupan manusia, siklus hidup manusia bermula kandungan, lahir ke dunia, menjadi dewasa, berangsur tua dan mati. Semua manusia pasti mati, sama seperti makhluk lainnya yang ada di bumi. Kehidupan manusia di bumi akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Amal dan perbuatannya selama di dunia akan jadi penentu apakah ia akan menjadi penghuni surga atau terlempar ke neraka.

Banyak manusia lupa bahwa ia akan mati, menyangka ia akan hidup selamanya.  Pak Pandoe nampaknya sangat menyadari bahwa suatu saat ia akan meninggalkan dunia yang fana ini dan beliau sadar betul di usianya yang makin lanjut bahwa ajal itu makin dekat. Beliau tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang diberikan Tuhan untuk menyiapkan bekal ke akhirat. Beliau memperbanyak amal dan memperbanyak kegiatan di mesjid. Beliau memperbanyak shalat sunat, shalat tahajjud, berzikir dan puasa Senin-Kamis. Beliau juga memperbanyak amal dengan bersedekah dan berbagai kegiatan sosial. Juga beliau meminta maaf dan bermaaf-maafan dengan siapa saja beliau dulu pernah berhubungan.

Dalam berkarir, beliau adalah seorang wartawan profesional. Sejak awal mulai berkarir hingga menjelang ajal menjemput, beliau tetap bekerja sebagai wartawan dan penulis.

Pak Pandoe berkarir sebagai wartawan Kompas selama 30 tahun. Bekerja di media terbesar di Indonesia dan juga termasuk orang istimewa di mata pemilik dan pendiri Kompas Group Jacob Utama, tentulah merupakan sebuah prestasi yang tidak banyak orang mampu mencapainya. Sebagai anak desa kelahiran Matur-Agam, ia mampu mengukir karir di koran terbesar di Indonesia.

Dalam berhubungan dengan mitra, relasi, nara sumber beliau selalu menciptakan suasana menyenangkan. Tidak ada yang tersinggung, tidak ada pula yang sakit hati. Jika mengkritik atau memberikan masukan, beliau lakukan dengan santun. Karena itu ide dan saran darinya selalu didengarkan. Beliau juga terkenal sebagai jago lobby. Hal itu pula yang menyebabkan beliau dijuluki oleh Jacob Utama sebagai Gubernur Swasta Sumatera Barat.

Banyak hal yang bisa kita teladani dari Pak Pandoe. Cara ia berkarir, cara ia membina keluarganya sehingga menjadi keluarga sakinah serta cara mempersiapkan bekal untuk di kampung akhirat kelak. Semoga beliau pergi menghadap Illahi dan keadaan khusnal khotimah dan semua kebaikan yang telah beliau amalkan menjadi teladan bagi kita. Jika suatu saat kita juga mati kelak, semoga juga dalam keadaan khusnul khotimah dan menjadi suri tauladan bagi orang lain. Amin.*** (oleh Irwan Prayitno)