Kakao, Produk Makanan Harapan Sumbar

Perkebunan YANITA SELLY MERISTIKA, S.Kom(Dinas Pangan) 29 Juni 2015 02:25:24 WIB


PADANG - Sebagai salah satu komoditi perkebunan di daerah ini, kakao telah memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap
peningkatan pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja dan sumber devisa bagi Sumatera Barat.

Bahkan dalam lima tahun terakhir kornoditi tersebut merupakan komoditi yang paling banyak mendapat perhatian dalam pengembangannva, baik melalui perluasan areal. peremajaaan kebun maupun rehabilitasi terhadap tanaman, selain kelapa sawit, karet dan kopi.

“Setiap tahun rata-rata kita menyediakan bantuan bibit hampir 3 juta batang yang terdiri dari bibit kelapa sawit, karet, kelapa, kakao, kopi, pala dan cengkeh yang semuanya diberikan secara gratis dan cuma-cuma kepada masyarakat”. kata Gubernur Irwan Prayitno baru-baru ini.

Dalam setiap kesempatan. usai memberikan bantuan bibit tersebut. gubernur selalu menekankan agar petani memeliharanya dengan baik sesuai teknis yang telah diberikan. Jika diterapkan, dalam waktu dua tahun petani sudah mulai bisa merasakan hasilnya dan hasil tersebut akan diterima secara berkelanjutan.

Khusus pengembangan kakao di Sumbar pengembangannya signifikan. Apalagi setelah Wapres RI Jusuf Kalla, mencanangkan Sumbar sebagai sentral kakao Indonesia bagian Barat pada 2006.

Pada 2010 luas tanaman kakao di Sumbar mencapai 101 ribu hektare dan mengalami kenaikan tiap tahun hingga pada 2014, sudah mencapai 155 ribu hektare. Tahun ini akan ditargetkan luas komoditi kakao mencapai 170 ribu hektare.

“Mudah-mudahan target lima tahun terakhir menjadikan Sumbar sebagai Sentra Produksi terbesar di Indonesia bagian barat bisa kita capai. Tentunya dengan dukungan semua pihak, termasuk kerja sama dengan berbagai pihak seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan lainnya,” kata Irwan.

Kerja sama dengan berbagai yang disebutkan gubernur itu, betul-betul dikongkritkan. Antara lain dengan Swisscontact, Swiss. Kerja sama tersebut dalam bentuk memberikan pelatihan dan keterampilan kepada petani kakao Sumbar sejak 2012. Swisscontact memiliki tenaga handal soal kakao. Teruji lagi.

“Sejak 2012 itu, setidaknya sekitar tujuh ribu petani dan tiga kabupaten Padang Pariaman, Limapuluh dan Tanah Datar yang sudah ditempa lewat sekolah lapang,” tambah Kepala Dinas Perkebunan Sumbar, Ir. H. Fajaruddin.

Swisscontact mau bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumbar, terkait kakao ini, di samping potensi pengembangan kakao mendukung, yang sangat menentukan lagi adalah, adanya keseriusan dan komitmen Pemprov Sumbar untuk mengembangkan kakao ke depan. Tanpa ada komitmen Pemprov, meski potensi mendukung Swisscontact tidak melirik Sumbar.

Karena komitmen dan keseriusan Pemprov yang dinakhodai Gubernur lrwan Prayitno ini pula, Swisscontact mau membangun gedung cacao learning center (CLC) di limo Kaum, Tanah Datar.

“Gedung itu menjadi sarana berlatih bagi petani. Di dalamnya lengkap dengan peralatan yang mendukung pelatihan. Gedung ini juga menjadi pusat pembelajaran bagi petani kakao di wilayah Sumatera. Hebat Sumbar kan?” ujar Fajaruddin.

Yang cukup mengejutkan lagi, meski pihak Swisscontact ‘mencetak’ petani Sumbar menjadi handal dalam bidang kakao sekaligus mendirikan gedung pelatihan bagi petani kakao, Swisscontact tidak memaksakan kehendak agar kakao tersebut dijual kepada mereka.

CLC itu sendiri diresmikan Gubernur Irwan Prayitno pada 21 Mei lalu di BPP Cubadak, Limo Kaum, Tanah Datar. Hadir juga Contry Director Swisscontact Indonesia, Manfred Borer dan Vice President Global Cacao Sustainable Partnership (CSP), Nicko Debenham.

Di lokasi CLC tersebut juga dilengkapi areal kakao dengan 13 kion yang berasal dan berbagai daerah, sehingga petani kakao setelah ditempa di sana, pengetahuannnya makin kaya soal kakao.

“Gedung ini kita harapkan benar-benar dimanfaatkan untuk memperbaiki dan meningkatkan SDM petani, agar bisa mengantisipasi terhadap kualitas produk kakao yang dihasilkan oleh petani ataupun kualitas produk perkebunan Iainnya, sehingga mampu berdaya saing dengan kualitas dari negara lain, terutama menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),” kata Irwan.

Pemprov sendiri selain memberikan bibit gratis dalam rangka perluasan tanaman kakao, juga memberikan alat pemangkasan yang dibutuhkan petani dalam tahap pemeliharaan. Kemudian alat fermentasi kelompok petani kakao agar kakao tersebut lebih bernilai.

Bibit yang disediakan itu juga bersertifikat. Bahkan disertifikat oleh lembaga internasional Utz Nederland, Belanda. Sertifikat internasional ini diberikan kepada Gapoktan Muara Paneh Simpayan (Kabupaten Solok), Gapoktan Salibana Agro (Kabupaten Pasaman) dan Gapoktan Luhak (Limapuluh Kota).

Ditambahkan Kepala Badan Ketahanan Pangan Sumbar, Ir. H. Efendi. MP, kakao Sumbar yang berkualitas dan sudah pula mendapatkan sertifikasi internasional menunjukkan sumber bahan pangan ini memiliki kelebihan. Bila lebih dioptimalkan lagi pemanfaatannya, maka diversifikasi pangan di daerah ini akan tercapai, di samping perekonomiaan masyarakat meningkat pula. “Sekarang kan melangkah ke sana dan perkembanganya, sangat memuaskan.” ujarnya. (*)