Masyarakat Pantai

Artikel Yongki Salmeno(Yongki Salmeno) 27 Oktober 2015 16:51:38 WIB


Sumatera Barat memiliki potensi laut yang sangat besar. Wilayah laut propinsi ini tiga kali luas wilayah daratannya. Luas Perairan Teritorial dan ZEE Sumatera Barat adalah 186.580 km persegi. Panjang garis pantai 1.973,2 km membentang dari Pasaman Barat sampai Pesisir Selatan, termasuk Mentawai.

Berdasarkan estimasi para ahli, kawasan laut Sumatera Barat memiliki potensi sumberdaya ikan sebesar 512.550 ton per tahun. Samudera Hindia yang terhampar di pantai Barat Sumatera Barat, merupakan salah satu habitat tuna terbaik di dunia. Kawasan laut Sumatera Barat juga berpotensi besar sebagai kawasan wisata karena memiliki panorama yang indah, memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 185 buah, memiliki hutan mangrove seluas 38.832 ha dan terumbu karang seluas 34.584 ha. Potensi ini merupakan kekayaan alam yang luar biasa yang seharusnya bisa menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat setempat.

Namun fakta yang terjadi tidaklah demikian. Masyarakat nelayan yang bermukim di daerah yang kaya-raya tersebut justru hidup dalam keadaan miskin. Pendidikan mereka rata-rata cuma tamat sekolah dasar atau tidak tamat SD (67,3%). Berdasarkan data BPS tahun 2008 di Sumatera Barat terdapat 5.680 KK nelayan, pendapatan mereka rata-rata Rp1.300.000 per bulan. Jumlah ini masih jauh di bawah standar kebutuhan hidup pokok.

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya peristiwa ini. Diantaranya adalah hari kerja produktif nelayan yang hanya rata-rata 20 hari per bulan. Hal ini disebabkan oleh kendala cuaca dan hambatan alam. Faktor lainnya adalah kebiasaan masyarakat nelayan yang cendrung cepat puas dan santai di saat musim panen ikan berlimpah dan kalang kabut disaat musim paceklik. Keberadaan tengkulak juga masih merupakan salah satu penyebab berkurangnya pendapatan bersih nelayan.

Tempat tinggal mereka yang terpencar-pencar dan sulit dijangkau transportasi dan informasi juga menyebabkan perkampungan nelayan tersebut menjadi daerah terisolir dan tertinggal. Akibatnya daerah nelayan tersebut tidak menjadi fokus perhatian yang selama ini cendrung berorientasi pada pengembangan kawasan daratan.

Karena itu sejak tahun 2012 Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bersama masing-masing Kabupaten dan Kota yang memiliki kawasan pantai dan perkampungan nelayan menggulirkan program khusus yang diberi nama GEPEMP (Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dan nelayan).

Program ini merupakan gerakan terpadu lintas sektoral. Jika sebelumnya masalah nelayan adalah tanggung jawab Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), dalam program Gepemp, di bawah koordinasi DKP juga terlibat Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, Disnaker, Badan Pemberdayaan Perempuan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan dan Pariwisata.

Sejak program ini dimulai pada tahun 2012 hingga kini (2014) sebanyak 4.405 KK miskin dari 5.680 KK nelayan miskin yang ada telah mendapat bantuan dan pembinaan melalui Program Gepemp. Pada prinsipnya program ini terdiri dari upaya: 1. Memaksimalkan produktifitas nelayan, dalam arti pendapatan nelayan ditingkatkan seoptimal mungkin dibandingkan pendapatan sebelumnya, 2. Diversifisikasi kegiatan ekonomi, nelayan mempunyai pendapatan tambahan dengan memberikan berbagai pelatihan seperti perbengkelan kapal, pertukangan, menjahit atau usaha kuliner bagi ibu-ibu, 3. Memberikan alternatif mata pencarian di sektor lain seperti pertanian, peternakan, perdagangan, industri kecil dan menengah, 4. Upaya peningkatan kualitas hidup seperti meningkatkan mutu pendidikan, kesehatan, agama, ekonomi rumah tangga, kelompok usaha/koperasi.

Kepada masyarakat tersebut diberikan berbagai pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis dan motivasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan taraf ekonominya. Selain itu kepada mereka juga diberikan bantuan langsung berupa alat tangkap ikan, peralatan budidaya, dan peralatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

Peralatan tangkap yang diberikan diantaranya berupa 599 unit mesin long tail, 256 unit jaring gill net monofillament, 812 unit fish box, 153 unit trammel net dan 80 unit perahu.Untuk sarana budidaya diberikan jaring tancap sebanyak 201 paket dan lele terpal sebanyak 55 paket. Untuk sarana pengolahan dan pemasaran telah diberikan 10 unit lemari asap, SPG 3 roda sebanyak 10 unit, etalase sebanyak 21 unit, alat pembuat abon ikan sebanyak 7 unit.

Melalui Dinas Peternakan diberi bantuan berupa sapi, Dinas Pertanian berupa pupuk kandang dan bibit buah-buahan, Badan Pemberdayaan Perempuan memberikan etalase, penggiling daging, mesin jahit dan alat perbengkelan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan berupa mixer, blender, oven dan, loyang, Dinas Kesehatan memberikan bantuan makanan tambahan pengganti ASI (MP-ASI). Masing-dinas tentu juga memberikan paket-paket pelatihan keterampilan dan motivasi. Mereka juga disambungkan dengan pihak perbankan untuk mendapatkan mdal usaha.

Alhamdulillah upaya-upaya tersebut telah memperlihatkan hasil nyata. Bantuan sarana dan prasarana penangkapan ikan telah berhasil meningkatkan pendapatan nelayan sebesar 20 % sampai 30 % dari mendapatan mereka sebelumnya. Peralatan sarana pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang telah diberikan telah memunculkan usaha-usaha baru seperti usaha kue, bakso ikan, nugget dan lainnya.

Nelayan yang selama ini menggunakan peralatan tangkap sederhana, setelah bantuan diberikan, telah menggunakan peralatan yang lebih modern dan meningkatkan hasil tangkap mereka. Sedangkan bantuan dari sektor lain seperti Peternakan, Pertanian dan Perkembunan tentu akan menambah lagi pendapatan dan kesejahteraan mereka.

Apa yang dilkukan Pemerintah Sumatera Barat melalui program ini mendapat apresiasi dari Pemerintah Pusat. Pada tahun 2013 Sumatera Barat mendapat penghargaan dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai Provinsi Terbaik Pengelolaan Pesisir dan Pulau Kecil. Sejumlah kelompok dan daerah juga mendapat penghargaan dan diundang ke Kantor DKP Jakarta.

Kita tentu tidak akan puas hanya sampai di situ, hasil-hasil yang telah dicapai perlu ditingkatkan lagi dan keluarga miskin yang belum tersentuh perlu difasilitasi dan diberikan motivasi lagi.***