TUAN PHP

Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 11 Desember 2015 10:58:56 WIB


catatan Pinto Janir

           

            Dalam urusan menyenangkan hati orang, ia jago sekali. Siapa dekat, siapa terjerat dengan harapan-harapan yang ia hembuskan tiap saat. Anak muda sekarang bilang, ia PHP... pemberi harapan palsu.

            Wajahnya memang tanpa dosa. Jernih air mukanya. Bicaranya lembut dan mendayu-dayu. Sekali dua kali, ia penuhi kebutuhan orang yang berharap. Selanjutnya, ia memenuhi dengan harapan-harapan palsu. Bila si pengharap berharap-harap, dan ia terdesak dengan segala janji-janji, maka tanpa segan-segan ia berembrio menjadi seorang konflikator yang ulung.

            Kata demi kata ia pertemukan. Kalimat demi kalimat ia perhadapkan seperti sebuah pengertian yang membutuhkan permakluman. Ia menjelma menjadi seorang tukang kabel yang jago menghubungkan kabel yang satu dengan kabel yang lain yang menghidupkan api dan memicu hubungan arus pendek atau korsleting. Dalam berhiba-hiba, api ia catuskan. Terpanggang!

            Seorang yang cendrung memberikan PHP, tak ubahnya seperti seorang psikopat yang larut dan asik sendiri dengan berbagai permainan yang ia polakan. Dan segala sesuatu baginya, terukur dari awal, dan termuara dalam lautan konflik.

            Gila.

            Terkadang ia menjelma menjadi seorang yang bijak. Lihatlah langit, awan hitam tebal. Angin berkisa keras. Mirip badai. Dengan tenang, ia berkata: “ Langit tak akan runtuh. Itu bukan badai. Itu hanya angin lunak.Sebentar lagi juga berhenti!”. Kemudian, menggelagar petus tongga. “ Itu musik dari atas langit!”.

            Teya.

            Di kiri kanannya, banyak semut-semut berbaris sempurna dan tak tak jera menjauh, karena katanya; di dalam sakunya ada gula dan manisan. Bila semut itu berlidah, mungkin saja sudah menjelejeh seleranya. “Siapa kerja dapat gula!”.

            Semut pekerja keras. Mungkin juga pekerja ikhlas. Yang kerja keras dikasih aroma gula. Yang ikhlas, dikasih harapan gila. Yang tidak kerja keras, yang tidak ikhlas, menggigit diam-diam. Tuan menjadi gatal. Digaruk menjadi luka. Luka dibungkus menjadi harapan dan dikemas elok ditaruh dietalase elegan!

            Ahai...

            Lalu terdengar seorang filsuf mendendangkan lagu lama, “ harapan yang berlebihan, luar biasa kejamnya!”. Seorang yang logis berkata; “ Bila begitu bagaimana kalau kita berharap cukup saja, tak usah dilebih-lebihkan. Harapan sekadar. Atau sekadar harapan.Bagaimana?”.

            Yang pipik makanan pipik. Yang anggang makanan anggang. Begitu keadilan harapan yang ia tiupkan tiap saat tiap waktu. Kadang karena enak cara meniup, harapannya seakan mirip awan kapas yang indah. Awan kapas yang asli memberi keteduhan, awan kapas yang palsu memberi kenikmatan harapan untuk seperti teduh. Padahal lihat, ubun-ubunnya sudah terpanggang kegarangan matahari. Ia lindungi dengan dua tangannya. Kemudian ia tersadar. Karena mitos menyatakan, menaruh dua tangan di kepala adalah perbuatan buruk, karena nanti bisa bikin orangtua meninggal.

            Mengingat hal begitu, lekas-lekas ia hentikan menjujung tangan di kepala. Ia biarkan saja matahari memanggang kepalanya sendiri sampai panas.

            Kini harus ada pilihan cerdas, apakah tetap mengorbankan diri mati dalam harapan palsu, atau hidup dalam realis dan logis?

            Pilihannya sulit. Mengapa? Karena harapan adalah bagian dari energi untuk ‘melakukan sesuatu’ hingga sesuatu itu tercapai dan harapan terpenuhi.

            Kalau sesuatu sudah tercapai dan harapan tak terpenuhi, jadi apa lagi? Jadilah orang yang tak usah berharap-harap terlampau berlebihan sehingga membuang-buang waktu dengan percuma. Bila begitu, jadilah seorang pelaksana kata yang ada dalam pangana. Yang tak tersinggah dalam pangana, jadikan ia dongeng.

            Jadi apa ujung dari seorang PHP?

            Ia akan bicara beragam kesusahannya. Ia akan mendebat titik kelemahan penerima harapan palsu.

            Dan bila perlu, PHP ia kembangkan menjadi PKH.Apa itu, pencipta kambing hitam.

            Bila kemudian hari kambingnya berbulu putih, gampang saja; ia sangai di atas bara hingga legam!

            Konklusinya; tersenyumlah. Dan ini adalah pelajaran! Tak boleh sakit hati, tak boleh benci, karena ini adalah kedunguan sendiri.

            Ingat; sebuah harapan yang bodoh akan mengalahkan logika-logika. Untuk itu, bangunlah mimpi-mimpi...!