PESAN MAMAK

Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 11 Desember 2015 11:03:48 WIB


catatan Pinto Janir

Berkali-kali sudah saya menulis, dalam konteks Pilkada : lembaga survey bukanlah Tuhan ! Memercayai lembaga survey bukanlah sebuah kekeliruan, namun memercayainya secara total dan berserah 'hasil' kepada sebuah penyurveian juga bukan sesuatu yang baik. Karena hasil lembaga survey bukan keputusan Tuhan, ia hanya kajian manusia dengan segala ragam kepentingan yang ada. Yang perlu kita kaji, adalah 'kaji' dariNya. Ketetapan dan keputusan dariNya.

'Takdir' lembaga survey adalah takdir di atas kertas dalam berbagai kemungkinan dan kesalahan. Takdir Tuhan adalah 'keniscayaan' dan kepastian dalam hukum mutlak bukan nisbi, bukan relatif.

Ada beberapa lembaga survey yang menyebutkan bahwa kemenangan pasangan X sudah di atas kertas. Lembaga survey yang lain justru menyebutkan sebaliknya. Atas 'keputusan' lembaga survey itu, saya tidak percaya sepenuhnya. Yang saya percayaai sepenuhnya adalah, bilamana Allah ridho, maka kemenangan itu niscaya di tanganNya!

Mari terus kita berupaya dan berdoa untuk menciptakan 'takdir bagus' dan berharap ridho Tuhan.

Berkali-kali saya berpikir, bahwa kekuatan 'spiritual' dalam kajian 'sipirit' atau 'semangat' bukan dalam kajian mistik, adalah bagaikan sebuah pedang yang tajam. Lebih tajam dari mata samurai. Jatuhkan selendang dari langit, tunggu dengan 'pedang spirit', niscaya itu selendang akan belah.

Kekuatan spirit sekuat gergaji angin, memutus tidak berbunyi; lah kudung baru ketahu.

Saya masih yakin, Tuhan akan memberi kelapangan dan kemudahan kepada orang-orang baik yang selama ini terlalu banyak diam untuk memimpin ini nagari kita yang manis ini.

Nagari ini tak bisa diurus dengan gaya centang perenang dan sekelamak hati dan menjadikan orang lain 'objek' untuk menghibur diri sendiri. nagari ini harus diurus dengan 'taat' ---bukan berlagak sok taat-- dan disiplin yang tinggi.

Olala, menyebut-nyebut kata disiplin, mengingatkan saya kepada seorang Muslim Kasim. yang oleh saya, sudah saya anggap melebihi mamak kanduang, abang kanduang dan sahabat kanduang yang baik, yang selalu perhatian pada tiap detak,m tiap waktu, tiap derita orang banyak. Dan, mamak kito itu pula yang mengajari saya nilai-nilai ketulusan dan keikhlasan. " Tulus dan ikhlas membuat kita kuat dan sehat dalam pikiran yang bermanfaat, bukan pikiran mencelakai orang lain. Ingat Pinto, berdisiplinlah. Ingat hidup ke mati. Dan selalulah berbuat dan berkarya bagi kemanfaatan orang banyak di mana segala amalnya tak pernah lenyap, sekalipun kita mati kelak!" kata Pak Muslim Kasim.

Dan ini mengingatkan saya, pada beberapa tahun lalu. Pada 24 jam sebelum papa saya dipanggil Allah, di hadapan Pak Muslim Kasim dan seluruh kerabat dan kaum saya, beliau berpesan menjelang ajal: " Pak Muslim Kasim orang baik. jangan pernah khianati beliau! Bantu beliau sebisamu....!" Terngiang juga itu oleh saya, merinding saya dibuatnya. Jujur saja, sudah lama saya tak bertemu beliau. Saya rindu mamak....

Itu dalam suatu percakapan dengan Pak Muslim Kasim, sebagai seorang seniman dan jurnalis, saya selalu diingatkan untuk selalu berdisiplin. Salah satu terapinya; jangan pernah tinggalkan solat lima waktu. Jangan pernah bangun didahului matahari pagi. Jangan pernah tinggalkan solat Subuh. Berbuat dan berkaryalah selalu dan niatkan di hati untuk kebaikan umat, bukan semata kebaikan untuk diri sendiri, keluarga, atau hanya kerabat saja. " Jadikan dirimu, magnit yang memberi rindu pada orang-orang yang berharap karya-karya yang memberi inspirasi", kata beliau.

Hidup itu bukan rakus kekuasaan. Tapi, kata MK, kekuasaan itu perlu untuk melaksanakan kebaikan, melaksanakan kebenaran, bukan meneruskan kehancuran-kehancuran.

Allahu akbar!