Geliat Ekonomi Keuangan Syariah di Sumbar

Geliat Ekonomi Keuangan Syariah di Sumbar

Artikel () 18 Agustus 2016 15:31:09 WIB


Republika online edisi 29 Juni 2016 memberitakan bahwa penghimpunan dana pihak ketiga bank syariah di Sumatera Barat kuartal I tahun 2016 mencapai 11,2 persen. Dibanding kuartal IV tahun 2015 ada pertumbuhan sebesar 7,6 persen. Ini disampaikan oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan Padang. Menurut Puji Atmoko selaku Kepala Perwakilan BI Sumbar, peningkatan pertumbuhan untuk jenis simpanan terjadi pada giro, deposito dan tabungan. Pertumbuhan giro merupakan yang tertinggi, mencapai 16,8 persen. Kemudian disusul deposito sebesar 11,6 persen dan tabungan sebesar 10,3 persen. Pertumbuhan di sektor ekonomi keuangan syariah di Sumbar ini yang cukup menarik ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan ekonomi keuangan konvensional.

Dari segi pangsa pasar, tabungan masih yang terbesar yaitu 50,9 persen. Kemudian disusul deposito sebesar 43,7 persen dan giro 5,4 persen. Sementara itu pembiayaan perbankan syariah pada kuartal I ini sebesar Rp3,63 triliun. Ada kenaikan dibanding kuartal sebelumnya sebesar Rp3,57 triliun.

Yang juga cukup menggembirakan bagi Sumbar, pangsa pasar perbankan syariah di daerah ini sudah mencapai 6,8 persen. Lebih tinggi dibanding angka pangsa pasar perbankan syariah nasional yang hanya 5 persen, seperti disampaikan Direktur Grup Pengaturan Perizinan Penelitian dan Pengembangan Perbankan Syariah OJK Deden Firman Hendarsyah ketika di Padang (Republika Online, 23/5/2016).

Hingga Februari 2016 total aset perbankan syariah di Sumbar mencapai Rp4 triliun. Pembiayaan Rp3,6 triliun. Dan dana pihak ketiga Rp2,8 triliun papar Deden.

Jika melihat pangsa pasar bank syariah yang masih kecil (di bawah 10 persen) namun lebih tinggi dari nasional, ekonomi keuangan syariah di Sumbar memiliki potensi untuk lebih maju lagi. Salah satu faktornya adalah masyarakat Sumbar yang memang secara agama dan budaya hidup melaksanakan ajaran Islam. Maka dengan adanya solusi dalam hal ekonomi keuangan syariah yaitu kehadiran bank syariah akan membantu masyarakat mengaplikasikan ajaran agamanya dalam urusan ekonomi.

Yang dirasa masih kurang dan ini juga terjadi secara nasional adalah keberadaan kantor-kantor bank syariah di banyak wilayah. Hingga saat ini keberadaan kantor bank syariah di Sumbar bisa dikatakan belum sebanyak kantor bank konvensional. Maka sangat logis pangsa pasarnya pun masih kecil, namun sangat menjanjikan untuk ke depannya.

Namun demikian, berdasarkan pengamatan pribadi beberapa bank syariah yang berada di Sumbar tidak hanya pasif, tapi juga aktif mendekatkan diri ke masyarakat guna melakukan sosialisasi ekonomi keuangan syariah dan juga dalam rangka mendapatkan dana pihak ketiga dari masyarakat maupun menyalurkan pembiayaan berbasis syariah.

Beberapa strategi yang dilakukan oleh banyak syariah di Sumbar di antaranya adalah bekerjasama dengan gerai makanan, busana, olahraga dengan memberikan diskon atau potongan harga kepada nasabah yang berbelanja di gerai yang mengadakan kerjasama dengan bank syariah.

Selain itu bank syariah juga mengadakan kerjasama dengan beberapa sekolah dalam menangani pembayaran uang SPP dengan memberikan kemudahan berupa pembayaran menggunakan virtual account melalui anjungan tunai mandiri (ATM) sehingga orangtua murid tidak perlu datang ke sekolah dan antri, tapi bisa membayarnya melalui ATM bank syariah bersangkutan yang lokasinya ada di berbagai lokasi.

Dengan melakukan berbagai kerjasama ini, maka bank syariah telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terutama melalui nasabahnya yang kemudian dari nasabah tersebut mereka secara lisan akan menceritakan kepada keluarganya, kerabatnya maupun temannya.

Namun demikian, sosialisasi ekonomi keuangan syariah ini memang harus terus menerus dilakukan guna mengenalkan konsep ekonomi keuangan syariah dan juga lembaganya seperti bank syariah kepada masyarakat luas.

Strategi bank syariah dalam melakukan sosialisasi memang ada yang memperbanyak gerai ATMnya sehingga nasabahnya lebih mudah menjangkau karena semakin banyak pilihan lokasi ATM. Ada juga yang masih mengandalkan jaringan ATM Bersama dalam mempermudah nasabah bank syariah untuk melakukan transaksi keuangan di ATM.

Yang tak kalah pentingnya adalah, sosialisasi konsep ekonomi keuangan syariah kepada masyarakat seluas-luasnya. Harus diakui, masih sangat banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang konsep ekonomi keuangan syariah. Masyarakat lebih mengetahui dahulu tentang ekonomi konvensional yang sudah ada sejak mereka lahir. Hal yang mudah dipahami seperti konsep bunga, lebih dipahami oleh masyarakat.

Sebagian masyarakat yang tidak ingin berinteraksi dengan bunga lebih memilih menaruh dananya di bank syariah. Tidak hanya sekedar menaruh dana, tetapi juga mengajukan pembiayaan.

Dengan demikian, pekerjaan rumah dari pemangku kepentingan ekonomi keuangan syariah masih sangat banyak, tidak hanya oleh bank syariah saja, namun juga mereka yang memiliki kapasitas maupun ketertarikan terhadap ekonomi keuangan syariah ini. Dan Sumbar membutuhkan banyak tenaga untuk mensosialisasikan konsep ekonomi keuangan syariah kepada masyarakat, sementara itu lembaga terkait seperti bank syariah juga mesti turun dan berterusan mensosialisasikan keberadaan lembaganya kepada masyarakat.

Di perguruan tinggi pun, masih banyak mahasiswa yang beragama Islam yang belum mengerti mengenai dasar-dasar ekonomi keuangan syariah ini. Maka, mengharapkan masyarakat luas paham mengenai ekonomi keuangan syariah ini secara realita perlu waktu yang lama.

Sebenarnya bank syariah bisa memberikan pengajaran kepada nasabahnya sendiri mengenai dasar-dasar ekonomi keuangan syariah dalam kelas-kelas kecil yang bisa dikonversi sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR).

(efs)