IKHLASKAH JIWAMU?

IKHLASKAH JIWAMU?

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 06 Juni 2018 10:28:47 WIB


                                                    IKHLASKAH JIWAMU?

Setelah kita merayakan Hari Raya Idul Fitri, in syaa Allah sebulan lagi kita akan merayakan Idul Adha...Hari Raya Kurban. Bagi yang memiliki rezki dan diizinkan Allah dapat menunaikan ibadah Haji ke Baitullah di Makkah Al Mukarramah. Namun bagi yang belum, niat senantiasa dipancangkan dalam hati sambil mempersiapkan diri dan finansial untuk juga kelak bisa berangkat kesana.

Ibadah Haji, penuh dengan muatan hikmah dan pembelajaran bagi jiwa manusia. Salah satunya hikmah kisah keluarga Nabi Ibrahim Alaihi Salam (AS),yang mendidik istri dan anak beliau untuk berjiwa ikhlas. Sungguh, ikhlas itu mudah diucapkan namun susah diamalkan.

Mari kita ikuti kisahnya:

Siti Hajar protes. 
Mengapa suaminya meninggalkan dia dan Ismail anaknya yang masih kecil di padang pasir yang tak bertuan. Seperti jamaknya dia hanya bisa menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberinya putra. 

Hajar mengejar Ibrahim AS, suaminya, dan berteriak :
 "Mengapa engkau tega meninggalkan kami disini, bagaimana kami bisa bertahan hidup?" 

Ibrahim AS terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh.  
Remuk redam perasaannya terjepit antara pengabdian dan pembiaran. 

Hajar masih terus mengejar sambil terus menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit, *"Apakah ini Perintah Tuhanmu?"*

Kali ini Ibrahim AS, Sang Khalilulloh, berhenti melangkah. 
Dunia seolah berhenti berputar.  
Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim AS. 
Butir pasir seolah terpaku kaku. Angin seolah berhenti mendesah. 
Pertanyaan atau lebih tepatnya gugatan Hajar membuat semuanya terkesiap.

Ibrahim AS membalik tegas, dan berkata "Iya!".*

Hajar berhenti mengejar, dan dia terdiam.Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang mengagetkan semua Malaikat, butir pasir dan angin.

"Jikalau ini perintah Tuhanmu, pergilah, tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir. Allah akan menjaga kami."

Ibrahim AS pun beranjak pergi. Dilema itu punah sudah. 

Ini sebuah Pengabdian, atas nama Perintah Allah, bukan pembiaran.

Peristiwa Hajar dan Ibrahim AS adalah Romantisme Keberkahan.

Itulah Ikhlas...
Ikhlas adalah wujud sebuah Keyakinan Mutlak, pada Sang Maha Mutlak.

Ikhlas adalah Kepasrahan, bukan mengalah apalagi menyerah kalah. 
Ikhlas itu adalah ketika engkau sanggup berlari melawan dan mengejar, namun engkau memilih patuh dan tunduk.

Ikhlas adalah sebuah kekuatan menundukkan diri sendiri, dan semua yang engkau cintai.

Ikhlas adalah memilih jalan-Nya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain.

Ikhlas bukan lari dari kenyataan. Ikhlas bukan karena terpaksa. Ikhlas bukan merasionalisasi tindakan, bukan mengkalkulasi hasil akhir.

Ikhlas tak pernah berhitung,tak pernah pula menepuk dada.

Ikhlas itu Tangga menuju-Nya.Mendengar Perintah-Nya.Mentaati-Nya.

Ikhlas adalah Ikhlas, titik !!!

"Belum cukupkah engkau memahami apa itu ikhlas dari perginya Ibrahim dan diamnya Hajar?" 

Dan aku, kamu, serta kita... saatnya tertunduk pasrah bersama malaikat, butir pasir dan angin....
Wallahu a'lam

Semoga kita menjadi lebih baik dan bermanfaat, penuh keikhlasan hanya berharap ridho Allah SWT.Aamiin Ya Rabbal’alamiin.