SALUANG

Artikel () 25 November 2016 14:52:44 WIB


SALUANG

(Dari Pupuik Batang Padi Sampai ka Gandang Tasa)

Oleh : Teguh Gunung Anggun

 

Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatera Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum branchycaldum Kurz. Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang jemuran kain atau talang hanyut yang ditemukan di sungai.

Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tetapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira – krang 40 – 60 cm, dengan diameter 3 – 4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk pembuatan lamang (lemang), salah satu makan tradisional Minangkabau.

Dalam membuat saluang ini kita harus menentukan bagian atas dan bawahnya terlebih dahulu untuk menentukan pembuatan lubang, kalau saluang terbuat dari bambu, bagian atas saluang merupakan bagian ruas bambu. Pada bagian atas saluang diserut untuk dibuat meruncing sekitar 45 derajat sesuai dengan ketebalan bambu.

Untuk membuat 4 lubang pada alat musik tradisional saluang ini mulai dari ukuran 2/3 dari panjang bambu, yang diukur dari bagian atas, dan lugang kedua dan seterusnya berjarak setengah lingkar bambu. Untuk besar lubang agar menghasilkan suara yang bagus, haruslah dibuat dengan garis tengah 0,5 cm.

Pemain saluang saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.

Keutamaan dari para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik nafas secara bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal sampai akhir lagu tanpa putus. Cara pernafasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisian angok ( menyisihkan nafas).

Tiap Nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing – masing nagari memiliki ciri khas tersendiri. Contohnya dari ciri khas itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah.

Dahulu, kabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu kira – kira : Aku malapehan pituang Nabi Daud, buruang tabang tatagun – tagun, aia mailia tahanti – hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga bunyi saluang ambo, kununlah anak sidang manusia..... dan seterusnya.

Bansi atau Suling Minang dengan 7 lubang (seperti rekorder), berbentuk pendek, dan dapat memaikan lagu – lagu tradisional maupun modern karena memiliki nada standar (diatonik). Ukuran Bansi adalah 33,5 – 36 cm dengan garis tengah antara 2,5- 3 cm. Bansi juga terbuat dari talang (Bambu tipis) atau sariak (sejenis bambu kecil yang tipis).

Pupuik Batang Padi

Alat musik tradisional ini dibuat dari batang padi. Pada ujuang ruas batang dibuat lidah, jika ditiup akan menghasilkan celah, sehingga menimbulkan bunyi. Sedangkan pada ujungnya dililit dengan daun kelapa yang menyerupai terompet. Bunyinya melengking dan nada di hasilkan melalui permainan jari pada lilitan daun kelapa.

Sekarang pada menjelang tahun baru ada terompet tahun baru yang mirip dengan alat musik ini,bedanya sekarang memakai plastik dan corong memakai karton,dan di beri warna warni emas.

Sarunai

Sarunai,bersal dari kata shehna i- yaitu aat musik di lembah kashmir- india, terdiri dari dua potong bambu yang tidak sama besar nya,sepotong yang kecil dapat masuk ke potongan yang lebih besar, dengan fungsi sebagai penghasil nada. Alat musik ini memiliki empat lubang nada, yang akan menghasilkan bunyi melodius. Alat ini sudah jarang yang menggunakan, di samping juga sulit membuat nya, nada yang di hasilkan juga tidak banyak terpakai.

Pupuik Tanduak

Alat musik ini terbuat dari tanduak kerbau (hoorn),dan bagian ujung di potong datar untuk meniup.

Bentuk nya hitam dan mengkilat bersih. Tidak berfungsi sebagai alat pengiring nyanyi atau tari,jadi sebagai pluit, tanpa lubang, sehingga Cuma ada nada tunggal. Dahulu di gunakan untuk aba aba pada masyarakat misalnya pemberitauan sholat subuh dan magrib atau ada pengumuman dari pemuka kampung.

Dahulu tanduk di pakai oleh kapal layar besar sebagai tanda atau komando kepada awak kapal, sedangkan orang Arab pakai bedug dan orang Eropa pakai lonceng maupun tanduk, dan dulu kereta uap pakai lonceng kalau lewat keramaian.

Talempong adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Dijawa disebut bonang yaitu berbentuk gong kecil yang di letakan datar, dan terbuat dari kuningan, namun juga ada yang terbuat dari kayu dan batu.membunyikan nya dengan pukulan kayu. Biasanya talempong dipakai mengiringi tari piring, dimana penari membunyikan dengan cincin,dan saling bersautan.usunan nada adalah di mulai dengan do dan di akhiri dengan si. Cara memainkan seperti marimba atau kempul dengan nada ganda (tangan kiri dan tangan kanan).

Rabab

Rabab berasal dari Arab sebagai rebab, juga terdapat diwilayah lain seperti Deli, Sunda, Jawa dan lain – lain. Rabab Minang sangat unik, selain digesek juga ada membran suara dibawah bridge, sehingga mempunyai efek lain ( suara serak ). Sifat unik ini menyebabkan cara menggesek juga sulit. Badan Rabab ini terbuat dari batok kelapa ( Cocos nucifera )

Aguang ( Gong Minang )

Istilah gong dalam bahasa Minang adalah aguang, bentuknya sama dengan yang di daerah lain, seperti di Melayu,Sunda,Jawa, gong biasanya bersifat pukulan ke satu, ke tiga, atau penutup, sedangkan gong kecil pada pukulan ke dua dan ke empat. Kemudian juga ada variasi sesuai dengan rentak nya.

Gandang

Istilah gendang dalam bahasa Minang adalah gandang ( dalam bahasa Karo Batak gondang). Namun cara memukul antara masing – masing daerah sangat berbeda, yaitu di Minang tergantung dari jenis rentak lagu. Gandang Tasa adalah kesenian tradisional permainan gendang yang populer di Kabupaten Padang Pariaman.