SILAT DAN ALAM TERKEMBANG MENJADI GURU

Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 23 Juni 2015 02:35:23 WIB


 

Bila ada yang mengatakan bahwa silek Minang hanya tinggal bunga, kita harus bertanya dulu, bunga yang dimaksudkan itu bunga yang kembang atau bunga yang tak sempat berbuah karena layu.

Tinggal bunga?

Mungkin itu artinya, silek Minang yang berkembang sekarang tak ‘semasak’ silek minang pada masa dahulu ke dahulu itu. Ketika guru silek memiliki 5 ilmu (kepandaian), guru ini menurunkan ke muridnya 4.Ketika murid menjadi guru, ia turunkan ke muridnya 3. Hingga akhirnya yang turun 1 kepandaian. Ketika murid memiliki satu kepandaian, ia turunkan ¾ kepandaian. Pada akhirnya, silek itu ‘lenyap’ yang tinggal bunga.

Dan untuk menggali ‘makam’ silek Minang yang terkubur, untuk melestarikan silek Minang itu, perlu adanya dilaksanakan sesegera mungkin kegiatan yang bertajuk “ Musyawarah Pandeka se Alam Minangkabau”.

                                                         

SILAT DAN ALAM TERKEMBANG MENJADI GURU       

 

Hati, akal dan pikiran membentuk ruang. Ia mewarnai masa atau peradaban. Alam mempengaruhi peradaban. Kebudayaan adalah kearifan yang mengaca kepada alam itu sendiri, sehingga ia menjadi apa yang disebut dengan “Alam Terkembang Menjadi Guru”.

 

Seni beladiri silat adalah bagian dari karakteristik bangsa Indonesia. Ia mengakar di tengah kehidupan masyarakat nusantara.  Ia menjelma membentuk sesuatu yang sangat mentradisi. Kemudian menjadi bagian dari budaya. Silat adalah salah satu khasanah budaya Indonesia.  

 

 

PENDEKAR DAN RIWAYAT PERJUANGAN BANGSA

 

Pendekar adalah penggiat beladiri seni silat. Silat bukan hanya sekedar kekuatan otot, melainkan kekuatan hati dan pikiran yang membentuk akal yang berkecendrungan memberlakukan kebenaran-kebenaran. Silat adalah salah satu  kepandaian praktis untuk ‘hidup’. Karena ia memuat nilai-nilai mempertahankan diri dari segala ancaman. Silat berperan besar dalam kehidupan sosial dan spritual. Dalam kehidupan sosial, ia media perekat silaturahmi umat. Dalam zona spiritual, silat berfilsafat pada; lahir mencari kawan, bathin mendekatkan diri (mencari) Tuhan.

Untuk nusantara, pendekar ikut berperan besar mewujudkan dan berjuang untuk tegaknya negara kita tercinta, yakni Republik Indonesia. Hampir pada tiap daerah di Indonesia memiliki para pendekar melegenda yang ikut dalam perjuangan bangsa dan berkuah darah untuk Indonesia merdeka.

 

 

KETIKA SILAT TRADISI TERCERABUT DARI AKARNYA

 

Zaman makin tajam, peradaban makin maju. Bagai sebuah pisau, zaman menyayat. Bagai sebuah roda, ia berputar kencang sekali; kadang tak terikuti bila keinginan menaklukkan kebutuhan. Bila nafsu (keinginan) menjadi panglima, ia menjadi bisa atau racun. Tapi, bila manusia dipimpin oleh akal, maka ia menjadi obat penawar racun zaman yang mematikan atau meruntuhkan ketahanan manusia dari perlakuan-perlakuan yang mengingkari kehidupan sosial dan kajian spiritual.

Seiring zaman, silat tradisi mulai tercerabut dari akarnya sendiri, ia nyaris seperti terbiarkan tumbuh dari akar yang lain. Kita khawatirkan silat tinggal nama. Namanya saja yang silat, tapi akarnya sudah beda sehingga memunculkan putik-putik atau buah yang tak lagi seperti silat-silat yang tumbuh terdahulu di bumi Indonesia 

 

KUNGFU IDENTIK DENGAN CHINA

JEPANG IDENTIK DENGAN KARATE

INDONESIA HARUSNYA IDENTIK DENGAN SILAT

 

Ketika mana, China identik dengan kungfu, Jepang identik dengan karate, Indonesia juga semestinya harus identik dengan Silat.

Indonesia harus kembali bersilat. Silat yang benar-benar mengakar kepada tradisi dan gerak silat yang murni (orisinal) yang diturunkan tetua silat adalah sesuatu yang harus digali,dicari,dilestarikan kembali.

Silat harus identik dengan Indonesia, salah satu caranya menjaga kemurnian silat dari campur tangan dan pengaruh beladiri impor atau asing. Untuk itu, kita harus kembali pada silat tradisi, silat murni; bukan silat yang dipertandingkan dalam berbagai laga resmi. Karena, hakekat silat bukan untuk mencari atau menentukan siapa yang kalah atau siapa yang menang, tapi adalah mencari atau menegakkan siapa atau apa yang benar. .(Pinto Janir)